Lokasi Anda saat ini adalah:Wijaya Karya > News
Edukasi Pengelolaan Sampah Melalui ‘Laron Sarungan’ di TPS 3R Yogya
Wijaya Karya2025-05-16 22:37:07【News】7rakyat jam tangan
Perkenalanmusik4d slot loginMenyediakan konten berita menarik dalam dan luar negeri yang komprehensif,UMBULHARJO- Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) milik Pemerintah Kota Yogyakarta trisula 88 slot
UMBULHARJO- Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) milik Pemerintah Kota Yogyakarta di Nitikan, trisula 88 slot tidak hanya mengelola sampah. Namun juga sebagai tempat edukasi pengelolaan sampah rumah tangga. Untuk itu Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengembangkan Laboratorium Pengolahan Sampah Rumah Tangga Perkotaan (Laron Sarungan) di TPS 3R Nitikan.
Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko selama ini banyak kunjungan studi banding dan praktik kerja lapangan ke TPS 3R dari sekolah maupun universitas. Bahkan dari luar kota seperti dari Sumatera dan Sulawesi karena penasaran dengan pengelolaan sampah di TPS 3R Yogyakarta di Nitikan.
“Laron Sarungan ini sebagai edukasi kepada masyarakat bagaimana mengelola sampah rumah tangga di perkotaan. Karena di perkotaan itu keterbatasan lahan untuk mengolah sampah rumah tangga,” kata Haryoko saat dikonfirmasi Jumat (14/7/2023).

Dalam program Laron Sarungan itu masyarakat akan mendapat edukasi terkait metode-metode pengelolaan sampah organik dan anorganik yang selama ini dilakukan di TPS 3R Nitikan. Lantaran di perkotaan memiliki keterbatasan lahan untuk mengelola sampah rumah tangga, maka metode pengolahan sampah dibuat sederhana dan tidak membutuhkan tempat yang luas.
“Harapannya setiap yang hadir di sini (TPS 3R) kemudian belajar di sini tahu bahwa sampah rumah tangga itu harus bisa zero. Semua ada cara pengelolaannya. Baik itu organik maupun anorganik. Untuk anorganik misalnya sampah plastik residu digunting kecil-kecil lalu dimasukan dalam botol jadi ecobrick,” terangnya.
Haryoko menyampaikan pengelolaan sampah organik banyak sekali caranya antara lain biopori, losida, takakura, ember tumpuk, ecoenzym dan biolos gabungan dari biopori dan losida. Selain itu TPS 3R di Nitikan selama ini juga mengelola sampah organik menjadi kompos dan untuk pakan maggot. Termasuk memilah sampah anorganik dan mengelola sampah residu plastik dan dipres lalu diserahkan ke beberapa mitra swasta pengelola sampah.
“Itu metode-metode yang sudah simple untuk pengelolaan sampah rumah tangga. Sampah pasti bau. Metode-metode pengelolaan sampah rumah tangga makanya meminimalisir baunya,” papar Haryoko.
Dicontohkan pada metode biopori setelah sampah organik dimasukan pada pipa paralon lalu atasnya dimasukan tanah agar tidak bau. Biopori juga memiliki keuntungan selain menghasilkan kompos dari sampah organik juga sebagai biokonservasi air. Sedangkan metode losida (lodong sisa dapur) untuk mencegah larva maka setiap memasukan sampah organik ditambah kompos.
Dia menyatakan untuk metode ember tumpuk harus hati-hati saat membuka dan memastikan kran harus kuat agar tidak bocor karena air lindi dari sampah organik bau. Metode biolos memiliki keuntungan sebagai konservasi air dan saat memanen kompos tinggal menarik pipa kecil di dalamnya. Untuk metode ecoenzym dinilainya agak ribet dan sebaiknya untuk rumah tangga yang sudah benar-benar mengelola sampah. Itu karena harus teliti bahan bakunya dari buah yang akan busuk dan bio starter. Panen ecoenzym juga butuh waktu 2-3 bulan dan probabilitasnya hasilnya juga tidak bisa 100 persen.
“Metode-metode itu kalau diterapkan di rumah tangga perkotaan tidak memerlukan tempat yang luas. Masyarakat bisa memilih metode pengelolaan sampah sesuai selera,” ujarnya.
Bagi masyarakat maupun lembaga pendidikan yang mau belajar pengelolaan sampah atau mengakses Laron Sarungan di TPS 3R Nitikan bisa mengajukan surat ke DLH Kota Yogyakarta. Haryoko menyebut, DLH akan mengatur jadwal maupun menyesuaikan dengan rencana waktu kunjungan. Masyarakat dapat berkunjung dan belajar pengelolaan sampah melalui Laron Sarungan tanpa dipungut biaya atau gratis. “Gratis. Pulangnya (dari kunjungan belajar Laron Sarungan) kita kasih souvenir kompos dan ecoenzym,” pungkas Haryoko. (Tri)
Besar!(1)
Artikel sebelumnya: Kecamatan Gondomanan Raih Adipura Tingkat Kota Yogya
Artikel selanjutnya: Sinergitas Pemkot dan IPHI Tumbuhkan Budaya Beragama di Kota Yogya
Berita terkait
- Walikota Yogyakarta Tinjau Hasil TMMD
- Walikota Lantik Anggota MTP IPHI Periode 2020-2025
- Walikota Lepas Purna Tugas Mantri Kraton
- Musrenbang Suryatmajan Rencanakan Tempat Wisata Baru di Tahun 2022
- Pemkot Yogyakarta Mulai Terapkan Identitas Kependudukan Digital
- Bermain “Dakon Perak”, Program Inovatif Ala DP3AP2KB
- Seniman Tak Lekang Jaman, Didik Nini Thowok
- Pemkot Yogya Giatkan Cek Surat Sehat Wisatawan
- JTFest perkokoh Budaya Yogya
- Pemkot Yogya Terima Audiensi UCLG ASPAC
Berita hangat
Rekomendasi berita
16 Paskibraka Kota Yogyakarta, Maju Tingkat Nasional dan Provinsi DIY
UMK Kota Yogya Tahun 2022 Naik Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Wawali Terima Hasil TMMD Sengkuyung Tahap III 2021 di Yogya
Pulihkan Ekonomi Kota Yogya Lewat Sekati YK Ing Mall
Pemkot Yogya Apresiasi Sistem Proteksi Kebakaran Pada 5 Bangunan
Pelaku Usaha di Kota Yogya Patuhi Aturan PPKM Level 4
PBTY 2021, Bukti Semangat Menjaga Toleransi dan Menjaga Keberagaman di Kota Yogya
Pelonggaran PPKM, Wawali Ajak Warga Tak Abai Prokes